HomeHeadlineWaspada Cak Imin

Waspada Cak Imin

Terlepas dari kontroversinya, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin merupakan salah satu politisi Indonesia yang paling lihai.


PinterPolitik.com

Mimpi Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin akhirnya kesampean. Tinggal menunggu pendaftaran resmi, Cak Imin akan menempatkan namanya di papan sejarah sebagai calon wakil presiden mendampingi Anies Baswedan.

Dalam artikel PinterPolitik pada 15 Juni 2023 yang berjudul Kocok Ulang, Cak Imin Jadi Cawapres Anies?, kocok ulang koalisi yang sedang heboh saat ini sudah diprediksi. Dua bulan lalu telah dibahas bahwa Cak Imin adalah sosok yang dibutuhkan Anies untuk menambal kelemahan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Well, dalam artikel ini penulis tidak akan membahas lebih lanjut soal itu. Kita dapat membahasnya di artikel yang berbeda. Fokus artikel ini adalah membedah sosok Cak Imin yang begitu menarik sebagai seorang politisi.

Meminjam pujian Kishore Mahbubani terhadap Presiden Jokowi, mungkin tidak berlebihan untuk mengatakan Cak Imin adalah politisi yang jenius.

PKB yang Solid

Ada tiga alasan untuk menarik kesimpulan itu. Alasan pertama, Cak Imin adalah satu dari sedikit ketua umum partai politik yang bukan merupakan “orang besar”. Cak Imin bukan dari keluarga konglomerat yang memiliki banyak kapital atau keturunan tokoh besar.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri adalah anak dari Soekarno, Presiden Pertama RI yang namanya begitu besar.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto adalah anak dari begawan ekonomi, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo. Prabowo juga didukung oleh adiknya, Hashim Djojohadikusumo yang memiliki kekayaan yang melimpah.

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh adalah sosok yang namanya masuk Forbes. Kekayaannya tidak perlu dipertanyakan lagi.

Jika diperhatikan, hampir semua ketua umum partai politik, khususnya yang merupakan partai besar, mestilah merupakan keturunan orang besar, baik secara tokoh maupun kekayaan.

Baca juga :  Berani Prabowo Buka Pandora Papers Airlangga?

Alasan kedua, menariknya, meskipun Cak Imin selalu mendapat kritik dari keluarga Gus Dur, posisinya tetap tidak tergantikan sebagai Ketua Umum PKB. Dengan kuatnya pengaruh Gus Dur di warga Nahdlatul Ulama (NU), bagaimana Cak Imin bisa mempertahankan posisinya?

Tidak hanya itu, menurut Greg Fealy dalam tulisannya Nahdlatul Ulama and the politics trap, di bawah Cak Imin lah NU untuk pertama kalinya memberikan dukungan terbuka pada PKB.

Kembali pada pertanyaan sebelumnya, dengan kritik dan penolakan dari keluarga Gus Dur, bagaimana Cak Imin bisa merangkul warga NU?

Alasan ketiga, dengan Cak Imin bukan keturunan orang besar dan mendapat hujan kritik dari keluarga Gus Dur, kenapa tidak terdengar friksi di internal PKB? Tidak seperti di Golkar, PDIP atau PAN, kenapa tidak terdengar isu pembelahan friksi di PKB?

Mengutip ilmuwan politik Francis Fukuyama, perbedaan rasionalitas dan tujuan membuat pembelahan atau friksi adalah sesuatu yang begitu sulit dihindari di organisasi.

Cak Imin si Lihai

Tidak hanya bertahan menjadi Ketua Umum PKB, Cak Imin selalu membawa PKB melenggang ke Senayan.

Lebih menarik lagi, baru Cak Imin yang menjadi ketua umum partai yang membawa partainya menjadi bagian dari pemenang pilpres tiga kali berturut-turut.

Pilpres 2009 mendukung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Pilpres 2014 dan 2019 mendukung Jokowi.

Cak Imin sepertinya memenuhi kriteria pemimpin yang hebat menurut Niccolò Machiavelli dalam bukunya Il Principe.

Menurut Machiavelli, kehebatan seorang penguasa, bukan terletak pada kecerdasan, kebaikan, atau kengeriannya, melainkan kemampuannya dalam mengonsolidasi kekuasaan, meredam potensi perlawanan, dan menjaga dukungan masyarakat.

Cak Imin mungkin bukanlah ketua umum partai paling kaya, paling cerdas, ataupun paling baik. Namun, di tengah berbagai persoalan yang ada, adalah fakta bahwa Cak Imin berhasil mengonsolidasi dan mempertahankan kursinya sebagai Ketua Umum PKB.

Baca juga :  Tidak Salah The Economist Dukung Kamala?

Seperti kata banyak orang, “Cak Imin ini lihai”. Dan kini, ia sedang menatap langkah untuk maju di Pilpres 2024.

Mengutip tulisan Bestian Nainggolan: “Menelusuri jalan politik Abdul Muhaimin Iskandar tampak panjang dan penuh liku. Namun menariknya, dalam setiap langkah yang dilalui, ia tunjukkan jejak-jejak kelihaian seorang petarung politik. Memang sejatinya, Muhaimin sosok petarung yang kenyang tantangan.”

Mungkin tidak berlebihan untuk mengatakan, “Waspadalah, ada Cak Imin”. (R53)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Prabowo dan Filosofi Magikarp ala Pokémon

Pemerintahan Prabowo Subianto siapkan sejumlah strategi untuk tingkatkan investasi dan SDM. Mungkinkah Prabowo siap untuk “lompat katak”?

Belah PDIP, Anies Tersandera Sendiri?

Endorse politik Anies Baswedan di Pilgub Jakarta 2024 kepada kandidat PDIP, yakni Pramono Anung-Rano Karno justru dinilai bagai pedang bermata dua yang merugikan reputasinya sendiri dan PDIP di sisi lain. Mengapa demikian?

Kok Megawati Gak Turun Gunung?

Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri hingga kini belum terlihat ikut langsung dalam kampanye Pilkada. Kira-kira apa alasannya? 

Berani Prabowo Buka Pandora Papers Airlangga?

Ramai-ramai bicara soal kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen yang disertai dengan protes di media sosial, tiba-tiba juga ramai pula banyak akun men-share kembali kasus lama soal nama dua pejabat publik – Airlangga Hartarto dan Luhut Pandjaitan – yang di tahun 2021 lalu disebut dalam Pandora Papers.

“Sekolam” Ahok, Kesaktian Anies Luntur?

Keputusan Anies Baswedan meng-endorse Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta 2024 memantik interpretasi akan implikasi politiknya. Utamanya karena Anies pada akhirnya satu gerbong dengan eks rivalnya di 2017 yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan PDIP serta tendensi politik dinasti di dalamnya, termasuk yang terjadi pada Pramono.

Siasat Prabowo Akui Sengketa LCS

Pemerintahan Prabowo disorot karena ‘akui’ klaim tumpang tindih LCS dalam joint statement Tiongkok. Mungkinkah ada siasat strategis di baliknya?

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok berpangkat mayor. Kiranya, terdapat rahasia tertentu di balik kesamaan itu yang dapat mendukung support dalam dimensi tertentu ke pemerintahan masing-masing. Mengapa demikian?

Anies Di-summon PKS!

Ahmad Syaikhu in a battle against Dedi be like, “I summon Anies Baswedan!”  #Anies #AniesBaswedan #PilkadaJawaBarat #AhmadSyaikhu #IlhamHabibie #PKS #pinterpolitik #infografis #politikindonesia #beritapolitik #beritapolitikterkini

More Stories

Ganjar Kena Karma Kritik Jokowi?

Dalam survei terbaru Indonesia Political Opinion, elektabilitas Ganjar-Mahfud justru menempati posisi ketiga. Apakah itu karma Ganjar karena mengkritik Jokowi? PinterPolitik.com Pada awalnya Ganjar Pranowo digadang-gadang sebagai...

Anies-Muhaimin Terjebak Ilusi Kampanye?

Di hampir semua rilis survei, duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar selalu menempati posisi ketiga. Menanggapi survei yang ada, Anies dan Muhaimin merespons optimis...

Kenapa Jokowi Belum Copot Budi Gunawan?

Hubungan dekat Budi Gunawan (BG) dengan Megawati Soekarnoputri disinyalir menjadi alasan kuatnya isu pencopotan BG sebagai Kepala BIN. Lantas, kenapa sampai sekarang Presiden Jokowi...